Rabu, 14 November 2018

Malu Bertanya Sesat Di Jalan

Bagi saya, perjalanan-perjalanan yang pernah kulakukan adalah pembelajaran emosi. Perjalanan sepatutnya adalah sebuah cara untuk bertemu orang-orang baru dengan karakter yang menarik. Boleh jadi orang-orang tersebut  tak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tak semuanya orang yang kita temui akan menyenangkan, tetapi jauh lebih baik dari sekedar hanya melihat-lihat obyek wisata dan keindahan alam. Karena, orang-orang yang kita temui akan mengasah diri  kita menjadi sebuah pribadi yang lebih baik. Cara berpikir kita akan berubah  dan pengetahuan kita akan bertambah, jika kita membuka diri.  

Saya termasuk traveller yang paling sering bertanya, karena apa? karena saya tidak bisa baca peta. Jadi sebisa mungkin, lebih baik saya bertanya dari pada tersesat . Rata-rata hidup di zaman now , traveller mengutamakan teknologi "google maps " , "waze " dan aplikasi-aplikasi lain . Saya pribadi lebih mengutamakan teknologi "C" alias "Congor". Iya.. saya lebih mengandalkan "Mulut" teknologi yang tak ada tandingannya. Pernah suatu ketika saat saya dan teman-teman ke Pacitan, Kami mengandalkan Google Maps dan ternyata salah hingga kami nyasar berjam-jam . Akhirnya saya inisatif turun dari mobil dan bertanya dengan penduduk, Saya lebih suka berinteraksi , dengan bertanya rasanya mendapatkan kedekatan dengan penduduk lokal . 


Perjalanan akan semakin menjadi lebih mengisi jiwa ketika kita bisa melakukan sesuatu yang baik untuk sesama, baik orang lokal atau teman sesama traveler. Kita tak pernah tahu kapan kita sendiri dan membutuhkan pertolongan dari orang lain.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar