Angka 0 merupakan titik awal, termasuk titik awal perjalanan saya dalam mencoba tantangan menulis 30 hari tanpa henti. “Dimulai dari titik nol ya", kalimat seperti ini begitu akrab di telinga kita .Angka nol memang sangat istimewa dengan segala philosophynya . Angka 0 dalam sistem binary berarti tiada. Dalam filosofi agama, angka 0 bisa diartikan sebagai titik keikhlasan . Angka 0 bagi saya sendiri sebagai titik awal sebuah perjalanan.
Sebuah surat undangan telah membawa saya ke kota kelahiran orang nomer satu di Indonesia . Ya, kedatangan saya ke kota ini adalah dalam rangka menghadiri resepsi pernikahan seorang rekan kerja . Saya ke sini bersama Ully, Ivan dan Hadi yang merupakan rekan satu kantor . Sambil Menyelam Minum Air, kira-kira itulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan perjalanan ini. Kami berempat kabur dari rutinitas kerja , saya menyebut tim ini "Pacitan Squad". Kami berangkat secara terpisah. Saya naik kereta dan mereka bertiga naik pesawat , sementara meeting pointnya adalah di Stasiun Tugu Yogyakarta . Sesampainya kami di Stasiun Tugu pada pukul 08:00 pagi , kami pun menyewa kendaraan. Sebuah Mobil Avanza akan menemani perjalanan kami selama beberapa hari ke depan. Hadi yang pegang kemudi sementara Ivan diibaratkan sebagai navigator yang standby dengan GPS dan Google Mapsnya .
Perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju Pacitan memakan waktu 3 jam . Sepi ...itu adalah kesan pertama kami begitu memasuki kota tempat kelahiran salah seorang putra terbaik Indonesia, Bapak SBY. Pacitan memang tidak pernah masuk dalam bucket list saya, dan rasanya memang kurang diperhitungkan dan kurang dilirik sebagai tujuan destinasi wisata. Jika bukan karena menghadiri resepsi seorang teman, rasanya tak mungkin saya menginjakkan kaki ke sini. Kami sampai di Pacitan pada pukul 12:00 siang dilanjutkan dengan survey lokasi resepsi pernikahan kawan kami, Bayu. Setelah itu, Kami bermaksud explore beberapa tempat yang terdekat yaitu Masjid Agung dan Monument Patung Jendral Sudirman.
Ada kejadian lucu, dimana Kami sempat tersesat karena mencari Patung Jendral Sudirman . Kami menghabiskan waktu 3 jam berkutat mencari keberadaan patung tersebut dengan mengandalkan aplikasi Google Maps. Kami sempat melewati jalan-jalan dengan tikungan curam , jalan rusak , menanjak, perjalanan yang sangat menguras adrenalin namun hasilnya "Zonk". Semua orang yang kami tanyakan kurang mengetahui keberadaan patung tersebut . Akibat kejadian tersebut, Kami pun kehabisan bensin . Kami sempat kesulitan mencari pom Bensin , dan sekalinya ada pom bensin , tebak apa yang terjadi . "Maaf Bensin Kosong. Seorang petugas di SPBU pun menginformasikan bahwa tidak jauh ada POM Bensin berikutnya, silahkan di coba disana, katanya . Kami pun melanjutkan perjalanan, dan betul saja tidak jauh terlihat ada sebuah pom bensin disisi kanan jalan . Namun apa yang terjadi , kejadian yang sama terulang lagi .Ada Sebuah Papan bertuliskan "Mohon Maaf Bensin Masih Dalam Perjalanan. Kami mulai panik karena indikator bensin sudah diposisi E. Ya Ampun apalagi ini , begitulah kira-kira keluh kesah Kami saat itu. koq sampe segininya ya , begitu sulitnya mencari bensin di Pacitan, jadi berasa di pelosok dan daerah terisolir. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju hotel dengan sedikit bensin yang tersisa. Alhamdulillah , akhirnya ada pom bensin di tengah jalan menuju hotel dan artinya ini pom bensin yang ke tiga dan syukur Alhamdulillah bensin pun bisa terisi full. Hari sudah sore, kira-kira sekitar jam 18:00 Kami tiba di hotel . Kami menginap di Parai Beach Resort Telengria . Setelah melepas lelah , Kami pun mulai bergerak lagi untuk melihat suasana malam dari alun-alun Pacitan , tepatnya di 0 KM Pacitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar